Menulis bukan hal yang baru untuk semua orang. Menulis jadi wadah mengungkapkan ide dan rasa yang paling mudah untuk semua kalangan. Namun, kadang kala, seseorang merasa tidak leluasa untuk menulis gagasan yang dikehendaki, utamanya dalam kepenulisan sastra. Bagaimana menyikapi hal ini? Menulis Sastra dalam Kupasan Serial #MenulisSastra.
aboveeidea in collaboration with Ridho El-Bughury, Pegiat Literasi dan Penulis Terbaik LSP Awards 2023.

Menulis menjadi sesuatu yang sangat penting di zaman sekarang. Apakah ia seorang penulis atau tidak, keterampilan menulis harus dimiliki oleh setiap orang. Menulis itu penting, karena dengan adanya tulisan bisa menjadi sebuah bukti nyata telah terjadi sesuatu hal yang penting di suatu masa. Pengetahuan suatu sejarah bisa diketahui oleh masyarakat berkat adanya tulisan-tulisan yang menjelaskannya. Seperti misalnya Sejarah pertama kali Islam Masuk Indonesia dapat diketahui berkat tulisan dari para penjelajah dunia dan juga ukiran-ukiran tulisan arab yang menjadi bukti nyata. Begitu juga dengan sejarah Kerajaaan-
kerajaan Indonesia dapat diketahui berkat adanya tulisan juga. Seandainya tidak ada tulisan yang diukir dalam prasasti, sejarah negara kita tidak akan pernah diketahui.
Menulis adalah melahirkan pikiran atau perasaan (seperti mengarang, membuat surat dengan tulisan). Menulis berarti menuangkan ide si penulis ke dalam bentuk tulisan, sehingga maksud penulis dapat diketahui banyak orang melalui tulisan yang dituliskan. Agar fikiran terbuka salah satu caranya adalah dengan membaca buku, berita juga teks-teks ilmiah. Agar dapat menulis atau menciptakan sebuah karya tulis, referensi sangat dibutuhkan untuk menggambarkan ide-ide yang ada di otak kita.
Salah satu kecerdasan yang dimiliki oleh manusia adalah kecerdasan Verbal Linguistik. Kecerdasan ini ditandai dengan kemampuan anak menggunakan bahasa yang baik dalam bertutur kata dan menulis. Seseorang yang memiliki tipe kecerdasan ini sangat mudah menyalurkan ide-ide yang ada pada dirinya lewat kata-kata atau tulisan. Dengan menulis, orang yang mempunyai kecerdasan verbal linguistik bisa mengembangkan dirinya dengan baik. Jika kita tidak mempunyai kepercayaan diri untuk berbicara di depan publik, kita bisa menuliskan apa yang ada di pikiran kita dan membacanya tanpa perlu merasa grogi atau takut salah.
Dengan menulis, indera kita di ajak untuk fokus pada satu titik tertentu. Kita diajak untuk menyelesaikan satu permasalahan terlebih dahulu kemudian lanjut ke masalah selanjutnya. Dengan menulis kita diajarkan untuk konsisten dalam mencapai apa yang diinginkan, menajamkan semua insting dan indra kita untuk menghasilkan sebuah tulisan. Menulis sama dengan bermeditasi yang hanya fokus pada satu titik dan mengumpulkan energi positif dari sekitar.
Namun, masalah timbul sehingga banyak orang tidak leluasa untuk menulis gagasan yang dikehendaki.
Bagaimana mengidentifikasi permasalahan apa yang dihadapi dalam langkah menulis sastra, utamanya novel?
Menurut saya menjadi seorang penulis adalah sebuah minat yang semua orang di profesi apapun bisa melakukannya. Saya yakin di sekolah semua pelajaran pasti disuruh menulis. Maka dari itu menulis menurut saya tidak dikatakan sebagai bakat, melainkan minat atau tidaknya seseorang untuk menulis. Seorang dokter bisa menulis seputar kedokterannya, seorang guru bisa menulis tentang keilmuannya dan ahli-ahli lainnya bisa menulis seputar kemampuannya. Akan tetapi ini menyangkut minat atau tidaknya dalam menulis itu.
Banyak sekali kendala yang muncul, khususnya kepada penulis pemula atau yang baru ingin menulis. Beberapa kendalanya di antaranya bingung mulai dari mana, bagaimana penulisannya, cara menerbitkannya dan lain sebagainya. Saran dari saya menulislah terlebih dahulu di word, kemudian setelah sekiranya banyak, lihatlah platform atau website para penerbit yang ingin kamu ajak kerja sama menerbitkan karyamu. Biasanya nanti ada negosiasi antara penerbit dan penulis berupa keuntungan serta persyaratan lainnya. Setelah itu penerbit akan jalan dengan sendirinya dan kita menunggu editor mengedit naskah kita. Sepengalaman saya bahwa menerbitkan buku itu paling sebentar 20 hari, paling lama sekitar 1 bulan lebih.
Bagaimana tips paling mudah dilakukan untuk memulai menulis sastra utamanya novel?
Menulis sastra, utamanya novel ataupun non fiksi itu membutuhkan gaya bahasa yang baik sesuai EYD. Namun ada beberapa penerbit yang tidak memperhatikan itu, yang terpenting bahasanya mudah difahami dan dicerna oleh pembaca. Dalam menciptakan sebuah karya tulis khususnya novel, metode ala Ridho El Bughury itu harus memperhatikan beberapa hal. Hal yang dimaksud berguna agar ketika menulis tidak mengalami writer’s block (kehilangan ide saat menulis). Caranya adalah sebagai berikut:
- Mulailah Menulis, jangan takut dan ragu. Dengan memulai menulis maka kamu akan menemukan inspirasi dalam hidupmu. Semua yang kamu lalui dalam hidup bisa menjadi motivasi untuk orang lain. Jangan takut salah, jangan takut tidak ada pembaca. Semuanya perlu waktu dan kesungguhan. Kesalahan yang kita lakukan dalam proses itu, akan menjadi pembelajaran di kemudian hari.
- Pelajari Tata Cara Penulisan, agar tulisanmu baik dan benar. Setelah memulai maka harus ada evaluasi di setiap tulisan yang sudah ditulis dengan melihat tata cara kepenulisan di buku bahasa Indonesia atau Google. Yang jelas agar tulisan yang telah kamu tulis diterima oleh penerbit dan bisa diterbitkan.
- Banyak Baca Buku, sebagai referensi penggunaan kata. Baca buku membuat bertambahnya ilmu, juga sebagai gambaran dan perbandingan untuk alur cerita yang kamu tulis. Terutama buku-buku best seller yang banyak peminatnya, diperhatikan bahasa, penyusunan kata dan percakapan di dalamnya. Untuk buku non fiksi diperhatikan referensi-referensinya.
- Cari Penerbit yang cocok dengan hasil tulisanmu. Sebagaimana dosen yang memeriksa makalah, penerbit juga demikian. Ada penerbit yang jika menolak naskahmu mengembalikan atau tidak membacanya sama sekali, ada yang memberikan saran dan masukan sehingga naskahmu bisa diterbitkan. Ada penerbit mayor dan Indie, keduanya memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Kamu bisa pelajari digoogle atau bisa juga di buku-buku yang menjelaskan demikian.
Melihat kondisi generasi kita sekarang yang lebih memilih gadget dibandingkan membaca buku, saya pikir ide “dipaksa menulis“ adalah cara ampuh untuk merubah habit pada generasi muda kita sekarang yang sudah tidak tertarik untuk membaca, apalagi menulis. Program menulis harus dimasukkan dalam kurikulum sekolah, mulai dari SD sampai perguruan tinggi. Hal ini bisa dilakukan dengan cara sekolah mengharuskan muridnya membaca minimal 1 buku dalam 1 bulan dan menulisnya dengan bahasa mereka sendiri.
Semoga tulisan saya ini memberikan manfaat dan menjadikan banyak penulis penulis muda Indonesia yang hebat dan mengukir tulisannya di dunia internasional. Mari menulis untuk Indonesia hebat!